• Breaking News

    Senin, 24 April 2017

    Alunan Indah Sholawat Burdah Syaikh Al-Bushiri di Markas PKS

    Para santri sedang melantukan shalawat dalam lomba rebana yang diadakan
    oleh PKS Kota Salatiga pada Ahad (23/4) di Kantor PKS Salatiga
    Pada siang itu, Ahad (23/4), matahari bersinar di atas awan tipis yang membuat panasnya matahari terasa nyaman. Tidak membuat gerah dan aktivitas pun berjalan nyaman. Di berbagai sudut, nampak orang-orang sibuk melakukan tugasnya sesuai dengan job panitia. Dari mereka ada yang berjaga tempatnya, menjadi dewan juri, menjaga anak-ananya, serta orang-orang yang sedang duduk-duduk di kursi dan lesehan menyaksikan orang-orang yang menjadi fokus perhatian massa.

    Iya fokus massa. Yaitu mereka para santri yang membawakan alunan sholawat yang sering kita dengar di pesantren. Tepatnya di panggung utama kegiatan Milad PKS ke-19 di kantor DPD PKS Kota Salatiga yang kami lebih sering menyebutnya sebagai markas dakwah. Iya markar dakwah. Meskipun yang benar adalah da’wah, bukan dakwah, tapi kami sudah terbiasa menuliskannya pakai huruf “K” dan sudah menjadi serapan dalam Bahasa Indonesia. So, kami menyebutnya dakwah saja ya.

    Kembali ke fokus massa tadi, mereka melantunkan sholawat yang wajib dibawakan oleh peserta, yakni sholawat Burdah karya Syaikh Muhammad Al-Bushiri yang disusunnya setelah bermimpi bertemu Rasulullah Saw.

    Maulaya sholli wa sallim daiman abadan .......

    Bagian dari kalimah nadzom atau syair yang dilantunkan para fokus massa dengan berbagai varian nada. Iya, meskipun kalimahnya sama, namun luar biasanya para fokus massa mampu membawakannya dengan berbagai variasi intonasi nada. Dan semuanya bagus-bagus easy listening.

    Ada mungkin saja dari para audiens yang sudah terbiasa melantunkan secara jahr, mendengarkan, dan melanturkan secara sirr. Namun, mungkin saja ada sebagian audiens yang juga tidak hafal sholawat Burdah Syaikh Bushiri ini. Itulah yang ada dalam jamaah ini. Ada yang hafal dan terbiasa dengan berbagai bersholawat, ada juga yang cukup sholawat ibrahimiyah saja. Namun semua itu sudah menjadi mafhum bagi kami bahwa kami adalah plural atau majemuk. Kita lebih suka mengistilahkannya bahwa kita berangkat dari kebersamaan visi-misi, bukan dari perbedaan latar belakang siapa kita. Selain sholawat Burdah, peserta juga diberikan kesempatan untuk membawakan satu lagu pilihan.

    Pada hari itu, fokus massa yang mereka adalah para kelompok grup rebana yang terdiri dari para santri pondok pesantren Nahdliyyin, para mahasiswa, para remaja masjid, serta para aktivis kebaikan di lingkungannya masing-masing, menjadi peserta dalam lomba rebana yang diadakan oleh DPD PKS Kota Salatiga sebagia bagian dari rangkaian acara Milad PKS ke-19.

    Lomba rebana yang selesai setelah ashar dengan diiringi hujan ringan dan dilanjutkan dengan pemberian hadiah kepada para peserta, dan kemudian dilanjutkan dengan bancaan bersama dengan makan tumpeng. Bahagianya para panitia bisa berbaur dengan para peserta untuk bersama bancaan tumpeng ala kadarnya. Kebersamaan itulah yang mungkin jarang terjadi di markas dakwah ini. Dengan tulus, panitia melayani dan membersamai para santri ini.

    “Ini kami manfaatkan nggeh?” tanya seorang santriwan yang mengambil nasi tumpeng di meja. Dengan senyum tulus campur bahagia atas kebersamaan ini, panitia menjawab pertanyaan santri tersebut.

    Sesi bancaan pun selesai yang ditutup dengan foto-foto bersama ketua DPD PKS, Ust. Latif Nahati, ST dan Wakil Walikota Salatiga terpilih, Ust. Muh. Haris, SS M.Si bersama-sama dengan peserta.

    Itulah mungkin sebuah hal yang bisa kami ceritakan atas kebahagiaan kami bisa berbaur dengan masyarakat dan para santri. Please, wait the next special moment from me...!!! PKS Salatiga. 
    ----------------
    (Aya/Shof/Hari)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar