Para santri sedang melantukan
shalawat dalam lomba rebana yang diadakan
oleh PKS Kota Salatiga pada Ahad (23/4) di Kantor PKS Salatiga |
Pada siang itu, Ahad
(23/4), matahari bersinar di atas awan tipis yang membuat panasnya matahari
terasa nyaman. Tidak membuat gerah dan aktivitas pun berjalan nyaman. Di
berbagai sudut, nampak orang-orang sibuk melakukan tugasnya sesuai dengan job
panitia. Dari mereka ada yang berjaga tempatnya, menjadi dewan juri,
menjaga anak-ananya, serta orang-orang yang sedang duduk-duduk di
kursi dan lesehan menyaksikan orang-orang yang menjadi fokus perhatian massa.
Iya fokus massa.
Yaitu mereka para santri yang membawakan alunan sholawat yang
sering kita dengar di pesantren. Tepatnya di panggung utama kegiatan Milad PKS ke-19
di kantor DPD PKS Kota Salatiga yang kami lebih sering menyebutnya sebagai
markas dakwah. Iya markar dakwah. Meskipun yang benar adalah da’wah, bukan
dakwah, tapi kami sudah terbiasa menuliskannya pakai huruf “K” dan sudah
menjadi serapan dalam Bahasa Indonesia. So, kami menyebutnya dakwah saja ya.
Kembali ke fokus massa tadi, mereka melantunkan sholawat yang wajib
dibawakan oleh peserta, yakni sholawat Burdah karya Syaikh Muhammad Al-Bushiri
yang disusunnya setelah bermimpi bertemu Rasulullah Saw.
Maulaya sholli wa sallim daiman abadan .......
Bagian dari kalimah nadzom atau syair yang dilantunkan para fokus massa
dengan berbagai varian nada. Iya, meskipun kalimahnya sama, namun luar biasanya
para fokus massa mampu membawakannya dengan berbagai variasi intonasi nada. Dan
semuanya bagus-bagus easy listening.
Ada mungkin saja dari para audiens yang sudah terbiasa melantunkan secara jahr,
mendengarkan, dan melanturkan secara sirr. Namun, mungkin saja ada
sebagian audiens yang juga tidak hafal sholawat Burdah Syaikh Bushiri ini.
Itulah yang ada dalam jamaah ini. Ada yang hafal dan terbiasa dengan berbagai bersholawat,
ada juga yang cukup sholawat ibrahimiyah saja. Namun semua itu sudah menjadi mafhum
bagi kami bahwa kami adalah plural atau majemuk. Kita lebih suka mengistilahkannya
bahwa kita berangkat dari kebersamaan visi-misi, bukan dari perbedaan latar
belakang siapa kita. Selain sholawat Burdah, peserta juga diberikan kesempatan
untuk membawakan satu lagu pilihan.
Pada hari itu, fokus massa yang mereka adalah para kelompok grup rebana
yang terdiri dari para santri pondok pesantren Nahdliyyin, para mahasiswa, para
remaja masjid, serta para aktivis kebaikan di lingkungannya masing-masing, menjadi
peserta dalam lomba rebana yang diadakan oleh DPD PKS Kota Salatiga sebagia
bagian dari rangkaian acara Milad PKS ke-19.
Lomba rebana yang selesai setelah ashar dengan diiringi hujan ringan dan
dilanjutkan dengan pemberian hadiah kepada para peserta, dan kemudian dilanjutkan
dengan bancaan bersama dengan makan tumpeng. Bahagianya para panitia
bisa berbaur dengan para peserta untuk bersama bancaan tumpeng ala
kadarnya. Kebersamaan itulah yang mungkin jarang terjadi di markas dakwah ini. Dengan
tulus, panitia melayani dan membersamai para santri ini.
“Ini kami manfaatkan nggeh?” tanya seorang santriwan yang mengambil nasi
tumpeng di meja. Dengan senyum tulus campur bahagia atas kebersamaan ini,
panitia menjawab pertanyaan santri tersebut.
Sesi bancaan pun selesai yang ditutup dengan foto-foto bersama ketua DPD
PKS, Ust. Latif Nahati, ST dan Wakil Walikota Salatiga terpilih, Ust. Muh.
Haris, SS M.Si bersama-sama dengan peserta.
Itulah mungkin sebuah hal yang bisa kami ceritakan atas kebahagiaan kami
bisa berbaur dengan masyarakat dan para santri. Please, wait the next special
moment from me...!!! PKS Salatiga.
----------------
(Aya/Shof/Hari)
----------------
(Aya/Shof/Hari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar